Rabu, 25 Agustus 2010

s e n j a

Selalu saja aku bisa menemukannya disini. Terdiam, duduk dalam hamparan pasir. Aku menemukannya dengan posisi duduk yang tak juga berubah. Aku memilih duduk disampingnya tanpa kata. Dia tahu keberadaanku, namun tak juga menyampaikan salamnya. Aku merebahkan kepalaku dipundak kanannya, menikmati kebisuan yang tercipta, hening, aku tak ingin kembali ke kotaku. Senyap,..

Aku menyusupkan kepalaku kedadanya kali ini. Dia bergerak, tangannya merengkuhku ke dalam pelukannya, aku terisak dalam pelukan, dia mempererat pelukannya. Tanpa kata, aku bercerita dengan airmata yang mengalir deras tanpa bisa kutahan. Dia menghiburku dalam kebisuan.

Dia masih saja disini. Ditempat yang sama ketika aku meninggalkannya atas pintanya. Masih dengan tatapan penuh cinta dan pengertiannya yang luar biasa, namun juga masih dengan kesenyapan yang menjadi nama tengahnya.

Kata – kata ini benar – benar kehilangan makna. Aku menggunakan segenap rasaku untuk memahami keheningan ini. Bibir yang terkatup rapat dan hati yang terluka. Aku merasakan debaran dadanya berbicara padaku. Entah cerita apa yang ingin ku dengar, aku hanya menikmati semua ini.

Dalam sunyi, dia mencoba mengajariku. Tentang semua yang terjadi dan tak sesuai dengan inginku. Tentang kenyataan yang nyata bukan mauku. Tentang kesabaran yang lamban kumiliki. Tentang pilihan yang tak pernah bisa aku pilih. Tentang luka yang tak perlu kuungkap dengan kata – kata atau lukisan.

Ombak bergulung, kami pasrah jika memang harus tergulung didalamnya, kemudian memecah, percikan airnya membasahiku, dia, kami. Tetap dalam keheningan kami berpelukan. Tak ada yang berubah, meski semua telah berubah.

Yogyakarta, 28 Desember 2009, 16.05 WIB

2 komentar:

  1. Great ! finally you make a blog ! good start ! visit mine as well ya...www.syair-bunga.blogspot.com and www.anoninspiration.wordpress.com Thanks jeng !! Let's write !

    BalasHapus
  2. huhuuhuhu,..... finally yaaa,... ngumpulin cerita & energy dulu jeng,.. akhirnya kurasa cukup

    BalasHapus