Senin, 23 April 2012

Berteman dengan "Teman"

Mendapati diriku berada di usia tiga puluh tahun sekian ternyata sangat menyenangkan. Secara tampilan, aku nggak banyak berubah,.. . Oke, Ralat ! Secara tampilan aku agak banyak berubah, banyak kelebihan yang bersatu padu membentuk penampilanku yang aduhai sekarang ini. (untuk kelebihan yang aduh hai ini tak perlulah kita perjelas hehehehe). Menjadi lebih dewasa berjalan rukun dengan rutinitas yang terjadi atas nama pemenuhan kebutuhan sehari – hari. Tak jarang, bertemu seseorang baru sekarang ini , tidak lagi menjadi cerita menyenangkan untukku. Banyak intrik dan pengkhianatan di sana, lagi – lagi atas nama pemenuhan kebutuhan hidup. Susah rasanya mendapatkan partner yang sejalan seirama dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup.

Tak jarang serasa energy ku habis untuk sekedar mengetahui bahwa aku telah dicurangi rekan kerja hanya untuk jumlah uang yang seberapa. Namun rasa sakit hati dan “kecolongan” itu yang terus membuatku blingsatan untuk mengembalikan mood yang berubah total. Seiring waktu, dengan kehadiran facebook juga, aku banyak bertemu dengan teman lama, teman saat kita belum mengerti intrik bisnis yang kejam. Entah dalam kondisi bertemu dengan seseorang yang mengenalku jauh sebelum aku menjadi aku yang sekarang ini,aku merasa sangat nyaman. Ibarat main game, aka nada seseorang yang dengan suka cita mengirimkan energy saat energy ku melemah, dan game dapat berjalan lagi bersama mereka.
Moment Reunian SMA menjadi titik balik penemuan sumber baru energy ku . Betapa tidak, kurun waktu tiga belas tahun tidak bertemu tak membuat kami menjadi orang aneh yang harus berkenalan dengan menyebutkan nama masing – masing. Kekompakan terjadi bukan kerena kami menjadi panitia reunian, tapi lebih karena kami memiliki kenangan di masa yang sama, di tempat yang sama, kenakalan yang sama, tentunya dengan teman yang berbeda – beda namun masih juga saling kami kenal. Singkat cerita, menemukan kembali teman – teman lama, menjadi sumber energy terbaru yang pernah kumiliki dan ini menjadi sumber yang paling dahsyat.

Namun histeria bertemu teman – teman lama sedikit menemukan titik hitamnya. Tidak semua teman sih, hanya satu, dua dan mungkin tiga yang menjadikan ajang bertemu teman lama menjadi ajang yang tidak menyenangkan. Asumsi awalku adalah, dia punya masalah yang belum selesai di masa itu, atau tidak takut ketemu mantan pacarnya,.. hahahahaha,…
Melewati lebih dari satu decade telah merubah sebagian hidup kita, pada teman – teman kita, pada cara pandang mereka. Tak bisa dipungkiri, keras kehidupan yang kita jalani sekarang menjadikan banyak alas an mereka untuk tidak bersinggungan dengan teman lama yang “tidak menguntungkan”. Terasa kasar sekali ya ungkapannya. Tapi itu terjadi. Ada beberapa teman yang secara terang – terangan menolak undangan ngumpul bareng. Meski juga ada yang menolak dengan alasan klise yang menyembunyikan alasan aslinya.

“Si Ini sekarang kerja dimana? Jabatannya apa? Bisa bantuin aku dapetin proyek ga?”

Dan aku cuma terdiam, aku tak begitu tahu temen yang dia maksud itu kerja dimana, jabatannya apa dan bagaimana dia di sana. Yang aku tahu, dia masih seperti saat sekolah, saat sama – sama belum punya penghasilan, ketika sama – sama memiliki mimpi. Hanya itu yang aku butuhkan dari teman – teman. Bukan proyek yang akan membuat pundi – pundi tabunganku menggelembung. Aku hanya butuh mereka, untuk membawaku tetap berpijak pada bumi, untuk tetap percaya bahwa orang baik itu ada, untuk meyakinkanku bahwa pertemanan akan selamanya. Teman – teman yang tahu bagaimana kita sebelum kita terjebak pada kehidupan materi, adalah sumber untuk mengembalikan semangat mewujudkan mimpi. Selamanya,…


Semarang, 23 April 2012