Senin, 29 Oktober 2012

Next Project : MOVE ON

Tergopoh – gopoh satpam kantor mengantarkan smartphoneku yang tertinggal di meja kerja. Untung saja, apartemen kantor hanya beberapa meter dari kantorku.

“Aduh Neng,... henponnya bunyi mulu’,..kayaknya penting ini” Keluh pak satpam sembari menyerahkan blackberry hitamku.

10 misscall dan 7 sms. Belum sempat aku tahu siapa yang menghubungiku, suara Michael Bubble terdengar nyaring, serentetan nomor tak ku kenal muncul di layar HP.

“Hallo,...”

*************

Aku telah menunggu disini selama lima menit, namun sudah sepuluh tahun kurasa. Sosoknya tak juga hadir. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Aku ingin menghubungi serentetan nomor tak dikenal yang menghubungiku tadi. Satu, dua, tiga,.. ku urungkan. Ku SMS saja,.. kata pertama, kedua, ketiga,.. ku hapus lagi. Aku menghapus peluh yang mengalir lembut di keningku. Penantian ini belum juga berakhir,....

Sosoknya hadir tepat di menit ke tiga puluh delapan. Rasa kesal menguap begitu saja mendapati lelaki masih memiliki senyum manis yang selalu ku gilai. Setangkai mawar untukku menyimpan tanya baru yang ingin ku ungkap. Tapi tidak, aku masih cukup mengenali kebiasaan playboy ini.

“Mau cerita apa?” Tanyaku segera setelah seorang pelayan mengantarkan minuman pesanannya. Senyumnya mengembang dan aku tak sabar.

“Bisa cepat kan? Aku nggak punya banyak waktu”

Lelaki berkulit sawo matang itu masih saja tersenyum. Dalam hati aku berdoa semoga kali ini aku tak jatuh pusaran tak benama itu lagi.

Tik,.. tok,... tik,.. tok,.....

“Aku akan menikah,...”

Aku terperanjat, dan langsung memasang wajah tak kaget. Dia tersenyum.

“Awal bulan depan”

Dadaku berdegub kencang. Ini tak sesuai dengan setangkai mawar yang dia berikan. Tiba – tiba saja aku membenci senyumnya.

“Jadi hanya ini saja yang ingin kamu bicarakan?” suaraku terdengar sangat tidak ramah.

Mantan kekasihku menghisap rokok putihnya dalam – dalam. Aku berharap sebuah keputusan untuk membatalkan pernikahan itu terbuat sesaat lagi. Demi cintaku padanya.

“Kamu ga nanya aku mau nikah sama siapa?”
“Emang penting?”
“Penting dong,.. “

Aku menghela nafas panjang. Buat apa aku tahu dengan siapa Niko akan menikah. Bayangan seorang wanita bertubuh langsing yang memakiku di depan kantor kembali diingatanku. Buat apa aku mengetahui namanya.

“Ibuku yang memilihkannya buatku, aku masih mencintaimu”

Semua seolah terdiam. Hanya Niko yang berbicara. Aku tak berani berkata apapun, khawatir terdengar oleh perempuan ber make up tebal di ujung sana. Gelisah menghampiri hatiku. Sebuah kenangan lama terulang, saat Niko hanya terdiam kala sang ibu memerintahkanku untuk menjauhi anaknya.

“Kamu tak percaya aku mencintaimu?”

Aku tersenyum, andai saat itu aku mendapati Niko mempertahankanku di depan ibunya, mungkin saat ini aku mempercayai ucapannya. Mungkin saja,...

“Aku ingin kamu,...”

Belum selesai kalimat Niko, aku sudah berdiri dan siap meninggalkannya.

**********

Malam ini aku menyesali sebuah kalimat yang terucap ketika hubunganku dengan Niko harus berakhir. Kalimat untuk tetap menjadi sahabat buatnya. Janji yang sepertinya mampu menyelamatkanku dari rasa kehilangan tiba – tiba. Aku tak mampu lagi membohongi diriku ketika semua tak baik – baik saja. Rasa sakit tak lagi terasa. Aku membuka agenda kerjaku. Menatap satu halaman kosong, menuliskan satu judul next project : MOVE ON. Semoga aku benar – benar bisa menjalani next projectku.


Kendari, 29 Oktober 2012.

Senin, 01 Oktober 2012

AKU CINTA KAMU HARI INI

“Aku cinta kamu, hari ini,..”
SMS sent,...

Beberapa detik kemudian,...

SMS received
” Hari ini saja?”

Aku tersenyum, pagi ini SMS pertamaku mendapat respon yang sangat cepat darinya. Aku tak mampu membuat janji yang lebih lama. Cukup hari ini saja dan besok aku akan mengatakannya lagi. Aku tak perlu berjanji untuk hari yang belum pasti aku miliki. Cukup hari ini dan aku tak perlu merasa bersalah jika esok aku mati.

“Aku cinta kamu hari ini”

Dia tersenyum, memelukku, aku menikmati cintaku hari ini.


Semarang, 1 Oktober 2012
*selamat ulang tahun, Suamiku,….