Jumat, 22 Juli 2011

hi dear

Hi dear.. Good morning,.

I know its 1.30 a.m, I still can't sleep.

A lot of things on my brain.
I don't have an idea to share with..
I don't know how to start,.
I don't know what I feel actually..
My knees so weak n I have my destination yet.
I'll try to sleep, hope God see me in my dream.

Love u..

- d -

samar ungu

Aku membutuhkannya, bukan hanya semacam password, namun kehadirannya dalam kenyataan. Hanya menemani dalam diam dan hening, namun berbalut kenyamanan utuh. Namun dia tak pernah mau mengerti dan tak sedikitpun peduli.



Selalu seperti ini, malam dingin, senyap dan aku tak juga terlelap,..



Kau menghampiriku diam – diam, merebahkan keindahan dalam relungku, menyapa dalam bisik mendamaikan. Aku menyerahkan cemasku pada rasa nyaman tak berkesudahan.



“Aku tak mengundangmu”



Kau tersenyum, mengerling dan menatap. Aku tak lagi mengharapkan kehadiranmu, tidak lagi setelah kau menghilang dan membuatku gelisah.



“kau tak perlu mengundangku untuk datang”



Kembali aku menyerah pada kenyataan. Ketika hembus angin tak pernah mampu memaparkan harapan yang pernah aku miliki. Dan seumpama banyak hati menghujam dan mendera. Kau tak perlu ku undang untuk datang, kemarin, sekarang dan selamanya…



Semarang, 22 Juli 2011

Kamis, 07 Juli 2011

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Finally

Finally


Yang pasti perjalanan ini terasa sangat menyenangkan (semoga juga sangat menyenangkan buat Ayu’ dan teman – teman yang bersamaku). Banyak hal yang aku yakini terjadi dalam kurun waktu tiga hari ini. tentang cinta, tentang persahabatan, tentang ketulusan dan tentang keberuntungan. Hal yang tidak sempat terlintas di benakku saat pekerjaan, obsesi dan dendam itu mengurungku.

Terima kasih mendalam kepada semua yang telah membantu kami untuk mewujudkan perjalanan ini.

Kepada Allah. Penulis Scenario terhebat untuk kehidupan kami, yang selalu melindungi langkah kami, memahami keinginan kami tanpa lelah. Maturnuwun ya Allah, atas semua kebahagiaan ini.

Mama & Papa kami, yang telah mengizinkan kami menjalankan perjalanan ini. Atas do’a yang selalu dipanjatkan, dan atas kemengertian Mama & Papa ketika kami tidak sering – sering menelpon.

Adik – Adik Kami. Terima kasih atas pengertiannya atas ketidakadaannya oleh – oleh dari Yogya. Percayalah, apa yang ada di Yogya, juga ada di Semarang, kecuali tempat – tempat yang kami kunjungi .

Banyak cinta untuk Ayu’, yang udah sabar banget bersamaku lebih dari separuh usia kami. Terima kasih untuk segalanya,..

Ade – sahabat kami yang baik - tengkyu ya atas aurora nya hehehehe,...

Dhanny, Makasih udah menemani tiga hari full kami di Yogya, sebagai guide yang sering kuragukan petunjuknya .

Agnes Tan yang udah minjemin kamera digital untuk menunjang kenarsisan kami. Aduh,. Makasih ya Cik..

Wawan – My Soulmate – kenapa cuma satu hari??? We’d so much fun, but without you,.. Someday, ke Bali???

Sigit, maturnuwun dan ma’af sudah mengganggu tidurmu. Tapi ada yang kau taksir kan?? Hehehe

Sekar & Kiki. Thanks untuk gudeg di Gejayannya, besok lagi ga usah foto di tugu tengah malam deh. Tanpa foto – fotoan di tugu, aku balik Yogya terus kok..

Kaka. Karimun Hijauku yang sangat kooperatif mengantarkanku kemana aku mau. Jauh, penuh, sesak, nyaman,..

Teman – teman yang sebenarnya sudah aku pamitin, namun saat kami di Yogya selalu menelpon, hanya untuk menyatakan keinginannya bersama kami di Yogya, ada Riri, Pithie, Tik Pol, Pak Dar, (kabarnya nyaris menyusulku ya hehehe) juga Duhita, Jenny, Fenny, siapa lagi yaaa

Untuk keindahan dan keeksotikan tempat yang kami kunjungi, betapa kami sangat bersyukur dapat mengunjungi tempat – tempat yang indah ini. Alam di Parangtritis, Ullen Sentalu, Taman Sari,..

Dan semua yang telah tanpa sengaja mendukung, yang namanya saja aku tak tahu. Yang jual tirai di Jambu, Bapak ramah yang jual kupat tahu di depan SMP 7 Magelang, Mbak – Mbak yang bertugas di Makam Giriloyo, petugas pom bensin sepanjang Semarang – Yogyakarta, penjual nasi bakar di Wirobrajan plus sepasang kekasih yang gagal menikmati malam minggu karena kami, pemuda pemudi di Alkid yang mencoba melewati ringin kembar, masyarakat Yogya,.. Aduh,. Maturnuwun sanget,..

Sekali lagi terima kasih dan semoga perjalanan ini akan menjadi kenangan yang tak pernah terlupa dan selalu menjadi cerita.

Semoga juga perjalanan ini menjadi titik balik kebahagiaan dan persahabatan aku dan Ayu’, selamanya.

Salam,..

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Princess at Taman Sari

Be a princess at Taman Sari

Welcome To Taman Sari,. Yogya jam setengah dua, matahari terik, tapi tak terasa melihat ke eksotikan Taman Sari,. Cukup membayar Rp. 2.500,-/tiket plus meminta satu guide untuk memandu kami. Kami melangkahkan kaki memasuki gerbang Taman Sari.

Taman Sari adalah sebuah bangunan mewah yang terletak dilingkup Keraton Yogyakarta. Konon bangunan ini adalah tempat mandi para selir untuk kemudian dipilih sang raja untuk menemani tidur.

Ini yang sebenarnya tidak pernah aku setuju dari pembenaran ketidakadilan Raja Jawa saat itu, tentang perempuan yang tak lebih dari barang yang bisa pilih dan dibuang kapan saja. Tapi aku bisa apa, toh saat itu aku belum lahir, atau mungkin aku ada direinkarnasiku saat itu sebagai pejuang wanita, atau justru aku sebagai salah satu selir itu, aduuh,…

Taman Sari sendiri terdiri dari dua kolam besar yang terletak di sebelah kanan dan kiri gerbang masuk. Kolam di sebelah kanan gerbang, adalah kolam untuk para selir yang mandi, dan bisa dilihat dengan leluasa oleh Sang Raja dari jendela tinggi yang ada dibangunan megah di sebelah kiri gerbang. Kemudian selir terpilih, ( nggak cuma Presiden saja yang terpilih ya) akan di “undang” untuk “bersenang – senang” di kolam khusus Raja yang terletak dibalik bangunan megah ini. seperti yang ada di gambar sebelah, ini adalah kolam yang digunakan Raja untuk memulai “petualangan”nya dengan selir terpilih.

Uff, rasanya berat menuliskan cerita Taman Sari ini, meski berdasar dari cerita sang guide yang sebenarnya sangat gampang ditebak endingnya,..

Taman Sari tidak hanya kolam, masih ada ruangan – ruangan di dalamnya, diantaranya ruangan untuk ganti baju Raja, untuk spa Raja, satu menara tinggi menghadap kolam mandi selir, sampai ruangan yang tidak jelas konsepnya. Ya,. Semangat narsis kian tinggi, arsitektur Taman Sari bisa dibilang tak biasa. Bangunan besar dan kokoh dihiasi dengan ukiran mewah dan mistik khas Keraton. Kapan lagi bisa menjadi Putri di sini.

Wisata Taman Sari tak hanya pemandian Raja dan selir – selirnya. Rupanya telah diatur apik oleh warga setempat yang nyambi sebagai guide, tempat wisata ini dipaketkan dengan mengunjungi Sumur Gumuling dan Pulau Cemeti. Sebenarnya dua nama terakhir ini bukan nama baru buatku dan Dhanny, karena zaman kuliah, dua tempat ini adalah tempat favorit untuk hunting foto, tempatnya bagus sih, kuno dengan sentuhan “angker”,..

Ada dua versi cerita tentang Sumur Gumuling, satu cerita menyebutkan sumur itu adalah tempat penampungan air yang salah satu sudutnya bisa mengantarkan kita ke pantai Parangtritis dengan ilmu tertentu, (jika benar, salah satu sudut ini menjadi pintu masuk terowongan ke Pantai Parangtritis, maka aku hanya penasaran kira – kira terowongan itu lewat mana yaaaa,… )

Versi ke dua, Sumur Gumuling adalah Masjid di Bawah Tanah. Yang kedua masuk akal juga, melihat “jendela – jendela” di Sumur Gumuling yang hampir menyerupai arsitektur Masjid.

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Lunch at Dapur Desa

Yogyakarta, 13 Mei 2008

A nice lunch at dapur desa


Ini adalah hari terakhir perjalanan kami, menurut schedule kami akan mengunjungi Museum di Keraton Ngayogyakarta, Taman Sari, Pulau Cemeti dan Sumur Gumuling. Inginnya kami pergi agak pagi, tapi karena semalam aku tidur sangat larut, aku bangun siang (meski dalam kamusku jam tujuh pagi masih termasuk sangat pagi ). Kelar mandi aku menjemput Dhanny sendiri, dan Ayu’ masih di hotel. Packing, karena rencana kami akan check out pagi ini juga. Karena sekar dan Kiki agaknya tidak bisa bangun pagi itu, maka kami memutuskan untuk jalan duluan. Karena perut terasa sangat lapar, kami memutuskan untuk ke Dapur Desa, sebuah rumah makan dengan konsep pra lesehan (maksudnya lesehan di panggung) dengan menu utama nasi merah.

Yogya jam sebelas lebih empat puluh lima menit, pantes aja laper. Tidak banyak yang kami pesan, karena nasi merah ini sudah satu paket dengan sayur dan lauknya. Untuk urusan minum, kami masih memilih menu standar, tidak banyak yang kami lakukan disana, selain moment menyenangkan saat menunggu pesanan kami datang, tak lain dan tak bukan adalah,…. Foto – fotoan,... horeeeeee, dan kali ini menggunakan kamera HP Dhanny yang agak – agak buram, entah karena apa,.. biar aja kan, daripada tak ada bukti kita sampai disana ya Yu’ hehehehe,..

Setelah menemukan penyebab keburaman kamera HP Dhanny, (yang kayaknya nggak perlu aku jelaskan hehehehe), menu yang kami nanti hadir juga, paket nasi merah, ada sayur tempe bersantan dan sayur gorinya, plus tempe, timu juga pesanan empal dan paru, plus es teh, sambel ijo, hm,.. nyam,.. nyam,.. yummy,..

Lho kok ada nasi putih? Iya,.. itu yang pesen Dhanny, karena dia pernah makan di sini sebelumnya dan mengkategorikan nasi merah tidak cocok dengan lidahnya. Ya,. Harap maklum, bapak kita satu ini selera makannya agak berbeda dengan orang kebanyakan  (hehehe ma’af ya Pak,. hehehehe).

Satu jam kemudian kami meneruskan agenda hari itu, ke Taman Sari, dan meninggalkan agenda berkunjung ke Museum Keraton Yogyakarta. Museum itu tutup, karena dua hari sebelumnya Pak Sri Sultan mantu,..

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - at angkringan

Yess !! Finally I was in Angkringan

Makan malam di agenda adalah makan gudeg jogja di tugu (sesuai dengan kebiasaanku zaman kuliah dulu). Namun dengan alasan gudeg di tugu sudah tidak eksis lagi dan efektif jalan, kami menurut dengan referensi Kiki,. Gudeg di depan Mirota Gejayan. Tidak banyak yang bisa aku ceritakan. Tempatnya rame dengan beberapa tikar yang digelar menjadi beberapa kelompok. Dengan berbagai lauk yang menggugah selera makan (sebenarnya karena lapar). Nothing special, ya namanya saja gudeg yogya yang di

makan lesehan. Gitu ajaaaaaaa.

Malam kian larut, aku lelah. Aku ingin istirahat. Aku lihat Ayu mulai lelah, Mas Dhanny juga. Aku ingin segera sampai hotel, merebahkan tubuhku yang mulai tak karuan. Keterlambatan tidurku semalam mulai menunjukkan efeknya. Tapi aku nggak enak dengan Sekar dan Kiki yang sepertinya masih mau memutari Yogya. Dhanny menyerah, dia minta diantar ke angkringan (pastilah dia merindukan teman – temannya disana hehehe).

Kami sempat mampir di angkringan langganan Dhanny, sejenak merasakan nuansa angkringan yang berbeda dengan angkringannya Semarang. Angkringan di Yogya bukan saja tempat untuk sekedar mampir makan dan minum. Tapi lebih dari itu, angkringan juga tempat ngumpul beberapa komunitas untuk share apa saja, makanan, minuman, rokok, dan berbagai macam cerita untuk ditertawakan bersama.

Aku menikamti betul saat di angkringan, meski cuma pesen jahe hangat (karena semua makanan sudah habis, maklumlah, kami ke sana jam dua belas lebih lima belas menit dini hari). Aku sempat iri dengan konsep angkringan yang ada di Yogya. Sebuah tempat sederhana yang dapat menjembatani pembelinya yang kemudian akan membentuk komunitas. Gossip terakhir, angkringan di Yogya ada hotspotnya. Gila aja ! nge net gratis di angkringan, dengan modal seribu untuk beli es teh. Yogya is a crazy city, di Semarang aja untuk bisa nge net gratis kudu, musti wajib ke cafe yang mahal, dimana keluar duit paling nggak lima puluh rebu. Oalah.. Yogya… Yogya,.. ga salah kalo di internet banyak banget yang ketauan online di Ngayogyakarta.

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Ullen Sentalu

Yogyakarta, 10 Mei 2008

The destination : Ullen Sentalu

Ayu bangun lebih dulu dariku. Pasti ! Aku terbangun ketika Wawan (yang sudah rapi, ganteng dan wangi) mengetuk kamarku. Aku menemuinya setelah cuci muka (hanya cuci muka hehehe nothing else) dan sudah ada dua piring nasi goreng untuk sarapan kami, aku dan Ayu. Jatah Wawan belum datang. Aku memaksa Wawan untuk makan duluan, nanti aku bisa makan nasi goreng jatah dia. Wawan langsung pulang Kebumen karena ada suatu urusan yang katanya maha penting (entah !! urusan apaan tuh sabtu sabtu !!!). Dan aku yang belum juga mandi mengantarkannya sampai ujung jalan Parangtritis.

Jam sembilan kami berkendara ke arah kasongan. Yup ! setelah menjemput Dhanny di Dongkelan yang telah kami tunjuk sebagai guide selama kami ada di sana, kami dengan riang berkendara menuju Kasongan. Jangan salah, kami tak belanja, meski Ayu sempat melirik beberapa barang yang akan dijadikan taget oleh – oleh, kami akan menjemput Sigit (teman kuliahku dan Dhanny). Basa basi sebentar lalu kami meneruskan perjalanan ke Ullen Sentalu di Kaliurang. Tepatnya dimana, tak seorangpun di mobil itu yang tahu.

Sigit mengambil alih kemudi, aku duduk dibelakang sama Ayu. Niatnya mau tidur – tidur ayam, tapi nggak bisa, akhirnya aku menikmati perjalanan ke Kaliurang dengan mata terpaksa terbuka.

Perjalanan menuju Ullen Sentalu agak terhambat karena minimnya keyakinkan kami akan jalan yang benar. Rasa lapar menyerangku. Kan belum makan. Nasgor yang aku tunggu tak akan pernah datang karena pihak hotel telah menerima laporan check out Wawan. Oh,..

Kami memutuskan untuk berhenti di depan taman bermain Kaliurang. Asri tempatnya, lumayan asyik untuk bermain anak – anak, cuma kenapa ada patung butho ijo super besar di sana sih? Agak terganggu juga melihatnya, tapi whatever lah,..

Kami makan bakso, lalu iseng nawar jadah tempe (makanan khas Kaliurang yaaa) hanya karena ingin berfoto dengan mbahnya yang jual, si mbah dengan wajah yang eksotis hehehe (maaf hasil fotonya sengaja tidak aku pasang, karena si mbah nunduk, mungkin beliau malu dengan keeksotikan wajanya, maaf sekali lagi).

Usai makan, kami mendapatkan energi untuk melanjutkan perjalanan. Dan ternyata keberadaan Museum Ullen Sentalu hanya 100 meter dari tempat kami makan bakso. Oh,..


We were in Ullen Sentalu The Museum


Nyes !! Perasaanku sangat sejuk melihat halaman Ullen Sentalu, tempat yang aku ingin datangi dari setahun yang lalu, tempat yang aku tahu keindahan tempatnya dari TRANSTV, dari cerita Husna dan Rani, dari internet. Awalnya aku sangat tertarik dengan tempat ini sebagai next target produksi Jalan Jajan Santai, tapi berhubung kontrak sudah tidak lagi aku tanda tangani, tak ada salahnya kan menikmati untuk kepuasan bathinku? Lagipula aku tak perlu menghabiskan banyak energi merayu Ayu’ untuk mengunjungi tempat ini.

Ullen Sentalu adalah sebuah museum yang menyimpan berbagai benda saksi sejarah milik Kerajaan Solo dan Kerajaan Yogyakarta. Terletak tak jauh dari pos masuk area wisata Kaliurang (setidaknya itu ancer – ancer dari Husna lewat SMS). Dari luar, museum ini tampak seperti rumah tinggal yang nyaman dan artistic dengan halaman super luas dan super asri. Memandang bebatuan dipadu dengan kayu, aku merasa berada di istana tempo dulu. Museum ini memiliki beberapa ruang yang masing – masing menyimpan cerita dan dihubungkan dengan lorong panjang, yang mengingatkanku pada istana tempat Tuan Putri diculik dan menanti sang pangeran datang menyelamatkannya hihihihi.

Ada Mbak Dessy yang mengantarkan kami “berkelana” di museum. Ya,.. Mbak Dessy bukan salah satu dari rombongan ini, Mbak Dessy adalah guide yang terpilih untuk mendapingi kami, dua lelaki Yogya asli yang belum pernah kesini dan dua sahabat dari Semarang. Ruang pertama yang kami masuki adalah ruang Gamelan, diruang ini kami melihat seperangkat alat gemelan berada ditengah ruangan dan lukisan beberapa raja dan penari di ketiga sisinya. Aku menatap kagum pada lukisan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Permaisurinya. Lukisan itu begitu hidup dan anggun. Lukisan yang aku impikan ada di salah satu dinding rumahku kelak, wajahku dan kekasih abadiku. (Tuhan, kabulkan do’aku ini. Amien)

Lorong pertama yang kami lewati dihiasi berbagai lukisan yang tampak semakin nyata. Satu adegan masa lalu yang tertuang apik dengan warna yang membuatku merasa seolah ada di zaman itu. Lukisan para raja (maaf, aku tak bisa mengingat nama masing – masing raja, apalagi adik – adiknya, saudara tirinya, mantan pacarnya, eh,... ), yang tampak anggun dengan busana zaman itu. Kami juga melihat lukisan tiga dimensi seorang puteri (atau permaisuri, aku tak yakin). Lukisan itu dapat mengikuti arah langkah kami. Aku menatap lukisan itu, sang model duduk menghadap kanan, lalu aku melewatinya, dan ketika aku menoleh sang model telah menghadap kiri. Ngeri? Nggak juga, itu cuma permainan warna yang dimainkan dengan tekhnik khusus (kalau yang ini adalah pernyataan seniman kita, Dhanny Susanto hehehehe). Kami – Aku, Ayu, Dhanny dan Sigit – terkagum – kagum dengan berbagai lukisan yang tampak nyata dan bercerita, sehingga beberapa kali kami tak menyimak apa yang Mbak Dessy katakan. (aduh, maafkan kami ya mbak,..)

Bukan hanya lukisan penggalan satu cerita zaman dulu saja, tapi juga lukisan batik yang dibuat oleh para raja zaman dulu. Jadi zaman dahulu kala, untuk dapat menjadi raja, selain harus dapat memimpin kerajaannya (ya iya lah), beliau juga harus bisa menguasai seni. Beberapa tarian yang aku tahu juga karangan para raja dan ternyata beberapa raja juga menciptakan motif batik, lengkap dengan filosofinya. Wow,.. eh ada nggak ya raja yang juga penyanyi?

Tidak hanya lukisan yang kami lihat, tapi kami juga melihat berbagai benda peninggalan para raja, permaisuri dan kerabatnya. Kami melihat ruangan Ratu .... (aduh Ratu siapa sih) yang sudah narsis dari dulu, posenya gaya abis dan seperti yang Mbak Dessy ceritakan, Ratu itu banyak banget yang suka kerena selain cantik alami, fotogenik, dia juga jago nari,. Hm,..

Ada juga beberapa kain batik yang masih tersimpan utuh. Berbagai motif, berbagai kegunaan, berbagai filosofi. Ada juga mesin jahit kecil yang pernah digunakan oleh salah satu Ratu dari Solo. Kami melihat lukisan prosesi pernikahan adat Yogyakarta (dibagian ini nih aku merasa teramat sangat melihat lukisan itu nyata untukku), sampai lukisan raja dengan busana kebesarannya. Kami juga sempat membaca surat – surat penyemangat untuk salah satu puteri raja yang sangat sedih karena tak bisa menikah dengan pria yang dicintainya, aku sempat bingung dengan gaya penulisan surat zaman dulu, banyak pantun dan istilah yang aku tak mengerti dan yang paling membingungkanku adalah pemakaian kata MERDEKA. Ini penyemangat untuk cinta yang terampas atau penyemangat untuk pejuang??

Puas menikmati berbagai hal di dalam museum, kami disuguhi satu gelas kecil minuman hangat. Kata Mbaknya, itu bir raja. Hangat jahe mengantarkanku pada khayalan tak menentu, mulai khayalan memiliki rumah seasri ini, hingga terbayang memakai baju pengantin adat Yogya tadi. Sempat juga terfikir beberapa cerita tragis yang mengikuti alur sejarah yang lagi – lagi berulang. Tak seorangpun menyadari, airmataku sempat menitik di salah satu ruangnya.

Sayang sekali, no camera di dalam museum, tapi bener, museum ini keren banget !! buat yang seneng seni dan sejarah. Sangat tidak cocok untuk kalian penikmat dugem, dijamin suntuk dan bete’ kelas berat . Next time, aku ingin ke sini lagi sama suami dan anak – anakku,... (Tuhan,.. yang ini juga dikabulkan ya,.. Amien).

Masih sore, kami duduk – duduk saja di lapangan parkir kawasan wisata Kaliurang. Udara dingin dan lukisan alam hijau memanjakan mataku. Sayangnya si camera masih aja ngambek nggak mau dipake, padahal semua merk battery sudah kami coba pasang. Jadi, aduh maaf sekali, tidak ada gambar yang membuktikan keindahan Kaliurang ini. Ada banyak yang ditawarkan disana, gelang, kalung hiasan dinding dan souvenir khas untuk oleh – oleh anak sekolah yang sedang study tour. Yang paling menarik perhatianku adalah seorang seniman lukis wajah, hm.. bisa dibayangkan kan, aku yang seorang narsis ingin sekali wajahkku dilukis,...

Dan kami, berempat, membiarkan pikiran kami mengembara. Nggak full mengembara sih, karena aku dan Ayu memilih untuk duduk – duduk di depan kolam yang ikannya segede gajah, eh.. nggak segitunya ding tapi gedhe banget dibanding ikan sebayanya hehehe dan dimanakah dua pria itu berada? Akhirnya kami menemukan dua pria itu sudah bertemu dengan indomie goreng special dan teh hangat. (spesialnya adalah ditambah bakso enam iris tipis, oh,..)

Angin bertiup sangat sejuk, sangaaaat sejuk, yang juga berarti dingin, sebuah dingin yang jarang aku dapatkan di Semarang atas, apalagi Semarang Bawah. Sebenarnya aku ingin lebih lama di sini, sepertinya naluri menulisku menemukan ilham di tempat yang menurutku seperti lukisan ini. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya, sekitar setengah lima sore aku sudah menyetir karimunku menuruni Kaliurang dengan alasan kedua lelaki ini kedinginan dan tidak membawa jaket. Sepanjang perjalanan kami banyak bernostalgia, kami, aku, Dhanny dan Sigit. Sedang Ayu dengan sabar menjadi pendengar yang sangat baik. Dan karimunku meluncur ke kota Yogyakarta.

Ps. Sebelum mengantar Sigit ke daerah Kasongan, kami sempat mampir di warung kecil yang penuh sesak dengan perabotan rumah tangga tradisional. Aku membeli siwur untuk menggantikan gayung di kamar mandiku yang akan bersanding dengan tempayan yang aku beli di daerah Kalisari. Aku juga menemukan lampu senthir yang terbuat dari kaleng makanan, yang tampak lebih eksotik dengan warna dasar hitam. Sepertinya Ayu menemukan apa yang dicarinya, kendi, untuk mengganti kendi dirumah yang dipecahkannya. 

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Getting Late

Its getting late,..

Ayu mulai ngantuk tuh kayaknya. Akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi malam ini dan kembali ke hotel. Sebelum masuk mobil, kami menemukan dua tembok dengan warna putih memudar berjajar, kami meyakini sebagai jalan buntu. Benar !! kami sempat berfoto – fotoan disana. Di jalan buntu ini. Tapi hanya beberapa saat, ternyata itu bukan jalan buntu karena kami melihat ada motor keluar dari salah satu sisinya. Hehehehe

Tapi malam belum benar – benar usai buatku. Usai mengantar Dhanny ke angkringan yang menjadi markas besarnya, kami – aku, Ayu dan Wawan – kembali ke hotel, eh guest house, eh apa ya, pokoknya penginapan deh. Wawan memutuskan untuk menginap di penginapan yang sama dengan kami. Demi kangen dan serentetan curhat kepadaku. Aku dan Wawan meneruskan menikmati malam di pinggir kolam renang. Ayu’ sudah duluan tidur (hehehe jangan sampai Ayu’ menjadi kelelawar seperti aku deh). Aku duduk di kursi panjang pinggir kolam renang, dengan notebook yang rencananya akan aku gunakan untuk menulis (seperti tokoh penulis di film – film itu lho ), namun ternyata hanya aku pakai untuk transfer foto dari kamera Wawan hehehe.

Malam itu, banyak yang aku bicarakan dengan Wawan, - tenang Yu’ kami tak membicarakanmu heheheheh – kami berbicara tentang cita – cita yang ingin kami gapai, tentang kebodohan yang selalu kami lakukan, tentang cinta yang kami rasakan, tentang seseorang yang kami cintai masing – masing.

Malam itu, aku tak peduli dengan kelelahan yang menderaku, tentang flu yang berulang mengirimkan bersin, tentang dingin yang membelai kulit kami bahkan mencoba menyusup dalam tulang kami.

Malam itu, curhatan disambung di beranda kamar, saling bercerita, saling mendengarkan dan saling memberi komentar, saling menyalahkan kebodohan yang kembali dan kembali kami alami.

Malam itu berakhir buatku tepat pukul setengah tiga pagi, setelah kami tersadar tak ada orang lain lagi yang terjaga di penginapan ini, selain kami.

Malam itu aku tahu tentang arti persahabatan dan membuatku mendefinisikan arti sahabat dengen teori ngawur yang akan aku percaya selamanya.

Malam itu aku bersyukur pada Tuhan, karena mengizinkan aku untuk melakukan perjalanan ini, bersyukur karena memberikan sahabat sahabat yang sangat sabar dan tulus menjalani hari bersamaku.

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Alkid

Spent the nite at Alun – Alun Kidul.

Kelar makan, aku bikin ulah, aku nggak rela malam ini berakhir hanya dengan makan malam menyenangkan ini. Inilah saat yang paling sempurna untukku, dimana aku berada ditengah – tengah orang – orang yang sangat berarti untukku. Aku merasa lengkap sudah. Aku masih ingin bersama mereka, utuh. Aku mengusulkan ke Alkid (singkatan dari Alun – Alun Kidul) yang ada di sebelah selatan Keraton Yogyakarta. Asumsiku sih Malioboro pasti ramai dan aku menghindari keramaian. Dhanny yang asli Yogya hanya tersenyum mendengar celotehku tentang teori keramaian di Yogyakarta.

Aku sedikit terperangah mendapati Alkid tak kalah ramai dengan Malioboro. Namun keinginan untuk melihat secara dekat beringin kembar yang konon menyimpan cerita mistik sedemikian besar mengalahkan asumsi konyolku tadi. Kami nongkrong saja di sana. Melihat dan menertawakan beberapa orang (sembilan puluh persen anak muda) yang mencoba melewati kedua beringin itu dengan mata tertutup dan langkah mereka melenceng jauh dari tujuan. Huahahahaha. Dhanny menantangku untuk melewati ringin kembar. Aku menolak. Berfikir dengan pandangan normal aja sering melenceng apalagi mata musti ditutup,… 

Tak ada yang benar – benar sepi di Yogya ternyata (aduh gila ! empat tahun aku di Yogya, aku baru sadar kalo Yogya punya kehidupan malam yang dahsyat, tersadar saat aku telah meninggalkan Yogya enam tahun lamanya hihhihihi). Banyak pedagang di sepanjang jalan atau lebih tepatnya mengelilingi alun – alun, banyak pengamen, banyak juga yang pacaran. (aduh kalo yang ini no comment lah). Aura mistik benar – benar terasa di tempat ini. mungkin karena berada di lingkungan keraton. Who knows. Aku pribadi sebenarnya tidak terlalu terganggu, setidaknya aku malah teringat film (atau sinetron ya) yang menggunakan rumah didepan Alkid sebagai lokasi shooting. Itu, yang pemeran utamanya Rano Karno atau Paundra,. Wong wong ngganteng kae lho,…

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Nice Dinner

Nice dinner at nasi bakar Wirobrajan

Dengan beberapa petunjuk dari Wawan dan Dhanny, akhirnya kami sampai di sebuah tempat makan lesehan di daerah Wirobrajan, tepatnya di jalan kapten P. Tendean (standar ya nama jalannya ). Kami lapar, agaknya kupat tahu magelang tadi telah menguap. Ayu’ memilih menu nasi bakar plus ayam bakar kremes, Wawan juga, hanya bedanya ayam Wawan pedes, Dhanny pilih lauk ikan nila kremes dan aku,.. hehehe paling rakus, nasi bakar dengan lauk telor kremes plus ayam bakar kremes plus semangkuk sayur asem. Pilihan minum standar sih, teh hangat, es teh, es lemon tea dan gula asem dingin buat Ayu (Gula asemnya enak banget ya Yu’, cuma ada di Yogya tuh, murah pula !!). Untung tempat itu nggak begitu ramai (atau belum?), mungkin karena memang belum jam malam mingguan ya,..

Acara menunggu makanan kami isi dengan becandaan plus foto – fotoan. Nggak pake kamera Wawan, kamera yang kami bawa dari Semarang, dan kamera di HP Dhanny. Aku tahu sepasang muda mudi di depanku agak jengah melihat kami, mungkin kedatangan kami membuat suasana romantis diantara mereka mendadak sontak berubah, ahahay,... forgive us ya,..

Enak,.. makanan yang kami makan malam itu enak, lezat,… Nasi, telor dan ayam yang aku pesan berpindah ke perutku dengan cepat, dan aku juga bertanggung jawab atas kehadiran semangkuk sayur asem. Aku menawarkan pada Ayu, Wawan dan Dhanny, mereka menolak, mereka kekenyangan. Huh teman – teman yang menyebalkan!! :p, bukankah seharusnya kalian sangat lapar????

Tapi nasi bakar di Wirobrajan akan selalu menjadi salah satu kenangan kita ya Yu’,.. Dua lelaki itu tak pernah tahu cara kita memesan makanan. It’s secret, Hehehehe....

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Unscheduled Moment

Unscheduled Moment

Flu yang aku rasakan dari kemarin tampaknya akan merusak perjalanan ini. Aku mulai tak bisa konsentrasi pada jalan raya. Aku sempat melanggar lampu merah yang menyala tanpa aku sadari. Mataku mulai menghangat. Tidak ada yang bisa menggantikan posisiku sekarang.

Aku tidak boleh membuat sahabat – sahabatku cemas. Aku ingin minum jamu. Jamu yang aku mau adalah jamu tradisional khas Yogya, dimana sang penjual meracik langsung jamu yang kita butuhkan, sesuai dengan keluhan yang kita katakan. Dhanny menawarkan minum jamu di dekat rumahnya.

Great !! aku minum jamu di situ. Jamu pegel – pegel. Dan khasiat yang aku rasakan setelah minum jamu itu adalah hangat menjalari seluruh tubuhku. Aku yakin pasti ada sedikit campuran anggur di jamu yang aku minum dalam bathok berwarna coklat gelap itu  (sok tau banggetz ya). Dan,… mungkin karena sugesti atau memang keadaannya begitu, rasa tidak enak dibadanku mendadak sontak menjadi lebih baik.

Sekedar info yang entah bisa dipercaya kebenarannya atau tidak, konon semakin gelap warna coklat pada bathok, semakin berkhasiat jamu yang kita minum. Jadi menurut teoriku, bathok tersebut sengaja tidak dicuci dengan bersih. Hm,…

Kami bersemangat meneruskan perjalanan ke jalan Wirobrajan dan menyambut acara yang sangat dinanti,.. Makaaaaaaaaan,..

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Sunset at Paris,..

Sunset at Parangtritis Beach

Jam setengah lima aku melewati kampus ISI, sempat berhenti sebentar untuk beli FG Trouches (aduh nyebut merk yaa,.. nggak pa pa ya, tenggorokan ga enak banget nih ), lalu semi ngebut menuju Parangtritis. Sore yang indah sebenarnya, tidak banyak motor atau mobil di jalan. Hanya saja jalannya yang termasuk kategori sempit dan belum terlalu familiar denganku jadi aku nggak bisa ngebut abis hehehe. Dalam hati berdo’a semoga kami tak tertinggal sunset (aku rasa, Ayu yang sangat ingin menikmati sunset di pantai saat itu hehehe ngaku aja Yu’ heehehe). Obrolan berkembang ditingkahi dengan tawa. Bahkan aku tak ingat Ayu adalah teman baru di antara aku, Dhanny dan Wawan.

Kami sampai di Pantai kurang lebih jam enam. Pantai sudah agak gelap. Tapi kami – Ayu dan aku – masih berkesempatan untuk menikmati warna jingga yang sangat indah, suatu keadaan yang aku sebut “Senja Secantik Jingga” (salah satu judul cerpenku, baca yaa), tapi tenyata keindahan itu biasa disebut Aurora (Ade lho yang kasih tahu ). Maturnuwun ya Allah. Hanya dalam hitungan detik kemudian langit menjadi gelap. Kami terdiam dengan perasaan kami. Menikmati semilir angin. Menikmati alunan ombak yang mengucapkan selamat datang pada kami. Air belum pasang. Masih tampak jauh dari tempat kami berdiri. Aku dan Ayu’ mencoba menghampiri air dan seperti ingin menyambut kami, ombak bergulung mendekati kami, kami berlari menghindari ombak dan basah karena kami ingat semua baju telah kami turunkan di kamar hotel. Kami tertawa lepas.


Pembicaraan beralih dengan rencana makan malam kami. Aku menginginkan makan penyet – penyetan. Wawan dan Dhanny tak merespon (aku yakin mereka pasti bosan dengan menu ini, karena warung ini ada disetiap jengkal Yogya). Aku bersikeras ingin makan telor penyet. Ayu’ nurut aja kayaknya. Dhanny mengacak – acak rambutku. Wawan berfikir keras mencari alternatif tempat makan yang nggak kalah asyiknya.

“Kalian udah pernah makan nasi bakar?” Suara Wawan terdengar samar diantara ombak.

Aku diam. Ayu bilang sudah. Dhanny no comment (pasti dia bingung nasi bakar yang kayak gimana hihihi).

“Enak, kayak penyet – penyetan gitu tapi nasinya dibungkus daun pisang, trus dibakar, atasnya dikasih daun kemangi” Wawan masih semangat berpromosi masi bakar.
“Di mana” tanyaku kurang bersemangat.
“Wirobrajan”
“Wirobrajan?” Aku mencoba mengingat – ingat “kemungkinan” daerah yang Wawan sebutkan.
“Iya deket Dongkelan kok”

Kalo Dongkelan sih aku apal, khatam..

“Ayo”

Dan kami meluncur meninggalkan pantai. Meninggalkan senja secantik jingga, merasakan pasir yang terbawa menempel pada kaki – kaki telanjang kami. Menyimpan harapan yang sempat terlintas di benak kami dan menitipkan keluh untuk terhanyut bersama ombak.

Ps. Untukku, Parangtritis adalah magnet tepat untuk mengobarkan cinta di hatiku untuk seseorang yang Ayu’ pasti tahu. Dan untuk Ayu’, Parangtritis mungkin tempat untuk menitipkan sebuah harapan yang akan terbit seperti matahari esok pagi. Hyaaaaa

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Yogya We're Coming,..

Yogya, We’re coming,..

Pukul 15.00 WIB, kami baru sampe di Yogya. Beberapa janji telah dibuat. Salah satunya adalah mengajak Wawan dan Dhanny ke Parangtritis. Karena masih ada (sangat sedikit) waktu sebelum bertemu dengan mereka berdua maka kami memutuskan untuk mencari hotel dulu. Daerah Prawirotaman,.. untuk masalah hotel Ayu sama sekali tidak terlibat, dia percaya 100% aku tahu hotel murah di Yogya, padahal, hm,… (belum tahu dia hehehe)..

Prawirataman adalah satu daerah di salah satu sudut jalan Parangtritis, Yogyakarta, dimana banyak penginapan murah tersebar, dan menurut informasi yang aku percaya dari teman – teman di Yogya, penginapan di Prawirataman masuk kategori aman, artinya bukan termasuk penginapan untuk shot time. Hm,.. aman,..

Otakku berfikir keras menemukan penginapan yang nyaman, aman dan murah hehehe disamping juga memikirkan kenyamanan si kaka jo alias ada tempat untuk nginep si mobil. Penginapan pertama yang aku masuki tampak lux dengan café di bagian depan. Aku nggak yakin. Aku mundur tanpa minta persetujuan Ayu. Gimana nggak, harga kamar termurah dari penginapan itu dua ratus enam puluh ribu. Meski temanya nggak mikir budget, tetep aja angka segitu membuatku mundur teratur.

Penginapan kedua yang kami masuki memiliki halaman lumayan luas untuk aku parir mobil. Ayu masih menerima telepon ketika aku menanyakan rate kamar. Great !! ada kamar yang – menurutku - pas harganya. Delapan puluh lima ribu rupiah semalam dengan beberapa fasilitas. Aku meminta Ayu turun dari mobil dan bersama – sama lihat kamarnya. (dan masih berdo’a dalam hati semoga Ayu’ setuju, udah ga ada waktu lagi cari hotel nih )

Tidak butuh waktu lama, kami sepakat untuk menyewa kamar itu untuk semalam. Delapan puluh lima ribu itu dapat diterjemahkan menjadi kamar yang lumayan besar untuk kami berdua, dengan tempat tidur lumayan besar juga dan TV 14” berwarna di sudut kamar (yang tidak begitu bermanfaat sepertinya), kamar mandi dengan bathtub (meski tidak ada air hangat, tapi siapa juga yang butuh air hangat di Yogyakarta ), setermos teh hangat, kolam renang yang siap kami gunakan kapan saja, dan sarapan dua piring nasi goreng keesokan paginya. Betapa rate yang sangat menyenangkan bukan,..

Hanya sebentar kami berada di kamar tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat empat puluh. Wawan SMS akan menunggu kami di depan Malioboro Mall sepuluh menit lagi. Aku memacu mobilku melewati jalan Gondomanan kemudian disambung dengan jalan Mataram yang mengantarkanku pada belokan kiri yang berujung di jalanan super ramai bernama Malioboro. Maliboro tidak berubah, sedikit berubah dengan volume kendaraan yang penuh sesak tak menyisakan ruang, bahkan untuk mobil sekecil karimunku. Seperti taksi menaikkan penumpang, Wawan memasuki mobilku. Kenalan dengan Ayu sebentar, lalu mereka sudah asyik dalam diskusi tentang buku yang sedang mereka baca. Aku konsentrasi pada jalan yang ramai. Bukan jalannya tapi konsentrasi mengingat jalan menuju dongkelan. Dimana kami akan bertemu dengan Dhanny,..

Rabu, 06 Juli 2011

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - what a nice trip

Dan hari itu datang juga,..

Semarang - Yogyakarta, 9 Mei 2008

What a nice trip,..

Berangkat dari Semarang jam 10.30 WIB, agak molor dari jadwal, but it’s ok. Aku mengemudi karimun hijauku dengan semangat yang tak menurun. Ayu juga penuh semangat melakukan perjalanan ini. Bahkan, aku tak ingat melewati jalan yang biasanya menjadi jalan membosankan setiap menuju Yogya. Ada banyak hal yang kami bicarakan sepanjang perjalanan dan berakhir dengan derai tawa kami yang memenuhi mobil kecilku. Kami sempat mampir di Jambu. Kami melihat tirai bambu yang terpajang indah di sepanjang jalan. Kami penasaran seindah apa tirai itu. Ternyata bukan terbuat dari bambu, namun dari kayu. Pantas saja terlihat kokoh dan berwarna. Kami menyukainya, kami ingin membelinya untuk oleh – oleh buat pacar kami masing – masing (yess!!). Selalu ada tawar menawar disetiap pembelian. Dan kami sangat keukeuh mempertahankan harga yang kami mau. Lumayan lama, dan akhirnya kami menyerah dengan harga diskon yang penjual beri. Kadung suka,.. jadi ada tirai yang belum jadi, kami bisa sabar menunggu diselesaikan .

Selesai dengan tirai, kami melanjutkan perjalanan. Disini aku mengacaukan jadwal wisata kuliner kami. Aku menawarkan untuk makan kupat tahu magelang yang seharusnya ada diperjalanan pulang besok minggu. Aku berfikir tidak sempat mampir besok minggu. Ayu setuju, pas jam lapar juga !! Jam kelar Jum’atan ( silahkan mengira – ira sendiri jam kelar Jum’atan waktu Magelang  ) kami menikmati kupat tahu di depan SMP 7, beberapa meter sebelah kanan Kyai Langgeng. 2 porsi kupat tahu dan 2 gelas es teh dan 2 bungkus kerupuk, total tiga belas ribu rupiah. Kenyang,.. Semangat,… Menuju Yogyaaaaaa,..

Sebelum benar – benar keluar Magelang menuju Yogya, kami mampir ke makam Mbah Putri dan Mbah Kakung di Giriloyo, mumpung melewati Magelang. Dan aku yang statusnya adalah cucu yang paling sering ke Magelang sempat nyasar mencari Makam kedua Mbah tersayang. Aduh,.. Maafkaaan,.. 

Jalan Jajan Santai di Yogya Special Edition - Sedikit Cerita

Sedikit cerita,…

Perjalanan ini, awalnya, murni keinginan Ayu. Namun, karena aku masih sangat sibuk dengan pekerjaanku saat itu, aku tidak bisa membantunya mewujudkan impian yang tercipta dari rasa stuck atas hari – hari yang mulai kacau. Dan bersamaan dengan berakhirnya kontrak kerjaku di PROTV, aku menjadi sangat ingin mewujudkan perjalanan ini. Perjalanan yang selama ini aku gambarkan di setiap episode JJS. Bedanya, saat ini aku adalah Executive Producer, Camera Person, Director, Presenter, Unit dan Driver. Ini adalah kenangan yang ingin aku buat untuk kepuasan hatiku, tanpa berfikir durasi, budget dan kelelahan yang akan tercipta..

Dan Yogyakarta menjadi kota tujuan kami. Ada beberapa alasan mengapa kami sangat kuat memilih kota ini. Pertama, kota ini tak jauh dari Semarang sehingga kami akan menempuhnya tanpa merasa sangat lelah. Kedua, aku pernah empat tahun berada di kota ini, yang juga berarti, kami tak akan menjadi turis bodoh selama berlibur. Ketiga, kota Yogyakarta masih memiliki tempat – tempat yang eksotis yang belum pernah kami kunjungi, tepatnya, tempat yang menunjang sifat narsis kami .

Rencana disusun, detail, hari, jam, lokasi sampai akan makan apa kami nantinya. Beberapa aturan konyol juga kami buat, diantaranya adalah perjanjian tidak akan mendatangi tempat dimana credit card berlaku (padahal kami berdua tak punya credit card satupun,.. ), dan swalayan termewah yang akan kami kunjungi untuk saat urgent adalah Indomaret atau sejenisnya yang kami yakin tersebar di sepanjang jalanan di Yogyakarta. Beberapa nama juga sudah kami hubungi untuk kelancaran perjalanan yang indah ini. Inilah perjalanan impian kami. Can’t wait for those moments. I’m a little bit nervous. Flu yang aku rasa beberapa hari sebelumnya tak akan bisa menghentikan langkah kami,…

Jumat, 01 Juli 2011

Rapuh

kembali lagi,..
menyapa sepi, menikmati kosong yang tak pernah bisa memberikan kehampaan hakiki

cerita berulang,..
membuai angan, merepih harap yang entah akan berakhir manis

ketika cerita berulang dan kembali,..
aku tahu kau akan datang,....