Rabu, 01 Juni 2011

My Soulmate Dearest,..

aku nggak akan pernah bisa memahami perasaanmu karena aku belum pernah mengalami apa yang kamu alami saat ini, tapi bagaimanapun itu, aku tetap ada di sampingmu, siap mendengarkan keluhmu semalam apapun, menemanimu saat sepimu, tanpa pernah aku memberikan solusi terbaik, aku selalu berdo’a buatmu”



SMS itu pernah dikirim seorang sahabat yang berada ribuan kilometer dari kotaku saat aku terpuruk atas sebuah masalah. SMS yang ternyata mampu meredam dendamku atas semua kekesalan yang terjadi saat itu. Aku sangat hapal SMS itu meski tak lagi ada di inbox HP ku. Jujur aku sangat bersyukur membaca SMS itu, sebuah SMS yang sangat jujur untuk menghadapi seorang yang sedang tidak memiliki kepercayaan dalam bentuk apapun. Ditambah janji yang begitu menenangkan.

Meski janji mendengarkan keluh semalam apapun tak pernah aku tagih. Tapi dia benar – benar menemani saat sepiku dengan SMS terindahnya itu. Dan yang pasti, Aku merasa sangat kuat karena yakin ada yang selalu berdo’a buatku. Kejujurannya mengatakan bahwa dia tak pernah bisa memahami perasaanku karena memang dia belum pernah mengalami apa yang aku alami, membuatku semakin tenang karena akhirnya ada yang benar – benar memahami perasaanku.

Seringkali, kita – tepatnya aku – memberikan solusi yang “sok bijak” untuk menghibur seorang teman yang sedang berduka. Tanpa aku paham apa yang sebenarnya dia butuhkan. Aku selalu mengatakan “pasti kamu akan mendapat ganti yang lebih baik” pada temanku yang baru saja putus cinta dan ditambah dengan pendapat kilat tentang mantannya yang kubuat seolah penuh cela. Tanpa aku pernah memahami bahwa cerita sedih itu tidak membutuhkan hiburan akan pengganti yang lebih baik. Aku tidak menyangka jika “penghiburanku” itu membuatnya semakin nelangsa. Dan seterusnya aku tak lagi mendengar kisah sedihnya lagi, ku kira semua telah baik – baik saja, ternyata teman itu merasa aku tak lagi bisa memahaminya.

Semenjak membaca sms itu, aku berjanji akan memberikan perhatian yang nyata dan bukan hanya kata penghiburan. Karena doa tulus jauh lebih membantu meringankan nelangsa,….

Terima kasih buat sahabat tercinta yang tak pernah bosan mendengar ceritaku yang sering tidak runtut, dan tetap sabar mengajariku tentang ketulusan yang hakiki.

Semarang, 31 Mei 2011. 18.09 WIB